Sebelum memulai pendidikan, ketahuilah 5 hal tentang pengeluaran terbesar untuk anak sekolah atau kuliah.
WiraBisnis.Com - Persiapan kuliah untuk seorang anak adalah salah satu hal utama bagi tiap-tiap orangtua. Sistem perkuliahan kian terkena dampak dari perbedaan zaman. Transisinya bisa dimulai dari penilaian, pengajaran, penilaian, hingga struktur kurikulumnya. Sementara di sisi lainnya, biaya kuliah terus melonjak. Akibatnya, tak sedikit orangtua yang terpaksa berhutang karena kurangnya persiapan sejak dini.
Bagi yang menyangka kalau kuliah di luar negeri itu jauh amat berbeda dan mahal dibanding kuliah di dalam negeri, anda harus tau kalau pernyataan tersebut tidaklah benar. Karena yang namanya kuliah di setiap negara itu tidak ada banyak perbedaan di setiap negara. Terdapat kesusahannya tersendiri dan juga akan mengeluarkan biaya yang banyak. Hanya saja, terdapat perbedaan dalam kualitas pendidikan dan tata cara pendaftarannya.
Dari sekian banyak pengeluaran anak kuliah, ada beberapa jenis pengeluaran yang terbilang sebagai pengeluaran terbesar, yaitu biaya kuliah (uang pangkal dan Sumbangan Pembinaan Pendidikan atau SPP), biaya pendidikan informal, sampai biaya study tour (ekskursi).
Gambaran beberapa jenis pengeluaran di bawah ini lebih merefleksikan biaya kuliah universitas-universitas swasta di kota besar di luar negeri. Karena universitas negeri biasanya mendapatkan subsidi dari pemerintah. Berikut ini gambarannya:
1. Tuition Fees (Biaya Kuliah)
Tentunya hal ini berbeda-beda untuk setiap jurusan, gelar, dan negaranya masing-masing. Enggak bisa serta-merta tepok rata bahwa biaya kuliahnya akan sama, karna harus disesuaikan dengan jurusan sang anak.
Kalau bicara soal biaya kuliah di luar negeri, mungkin akan bisa terbantu begitu dikategorikan perwilayah, dari yang termurah hingga yang termahal (rata-rata). Contohnya:
Bagi yang menyangka kalau kuliah di luar negeri itu jauh amat berbeda dan mahal dibanding kuliah di dalam negeri, anda harus tau kalau pernyataan tersebut tidaklah benar. Karena yang namanya kuliah di setiap negara itu tidak ada banyak perbedaan di setiap negara. Terdapat kesusahannya tersendiri dan juga akan mengeluarkan biaya yang banyak. Hanya saja, terdapat perbedaan dalam kualitas pendidikan dan tata cara pendaftarannya.
Dari sekian banyak pengeluaran anak kuliah, ada beberapa jenis pengeluaran yang terbilang sebagai pengeluaran terbesar, yaitu biaya kuliah (uang pangkal dan Sumbangan Pembinaan Pendidikan atau SPP), biaya pendidikan informal, sampai biaya study tour (ekskursi).
Gambaran beberapa jenis pengeluaran di bawah ini lebih merefleksikan biaya kuliah universitas-universitas swasta di kota besar di luar negeri. Karena universitas negeri biasanya mendapatkan subsidi dari pemerintah. Berikut ini gambarannya:
1. Tuition Fees (Biaya Kuliah)
Tentunya hal ini berbeda-beda untuk setiap jurusan, gelar, dan negaranya masing-masing. Enggak bisa serta-merta tepok rata bahwa biaya kuliahnya akan sama, karna harus disesuaikan dengan jurusan sang anak.
Kalau bicara soal biaya kuliah di luar negeri, mungkin akan bisa terbantu begitu dikategorikan perwilayah, dari yang termurah hingga yang termahal (rata-rata). Contohnya:
- Wilayah, Asia Tenggara (Malaysia, Singapura, dll), biaya yang dibutuhkan 80 juta - 450 juta.
- Wilayah, Australia dan Selandia Baru, biaya yang dibutuhkan 750 juta - 1,000 juta.
- Wilayah, Kanada maka biaya yang dibutuhkan 600 juta - 900 juta.
- Wilayah Inggris, maka biaya yang dibutuhkan 500 juta - 1,100 juta.
- Wilayah Eropa (Belanda, Perancis, Spanyol), maka biaya yang dibutuhkan 500 juta - 1,500 juta.
- Wilayah Asia Timur (Jepang, Korea Selatan, Taiwan), maka biaya yang dibutuhkan 600 juta - 1,000 juta.
2. Resource Fees/ SPP per semester
Rata-rata universitas di luar negeri masih memerlukan biaya sumbangan yang dipungut dari luar biaya kuliah persemester. Biaya inilah yang pada akhirnya bakal digunakan untuk gaji staf dan dosen, pemeliharaan bangunan, buku di perpustakaan, dll.
Meski tidak terbilang amat besar, tapi biaya ini enggak bisa dianggap remeh. Normalnya, biaya SPP ini bisa mencakup sekitar 10-20% dari total biaya kuliah.
3. Study Tour/ Aktivitas di Luar Kampus
Meskipun tidak setiap universitas mewajibkan mahasiswanya mengikuti kegiatan ini atau bahkan menempatkan hal ini sebagai bagian dari silabusnya. Ibaratnya kalau di universitas Indonesia kegiatan ini biasa dikenal sebagai KKN atau KulKer (Kuliah Kerja Nyata).
Tapi, berhubung dunia perkuliahan itu bagian yang datang hanya sekali buat sebagian besar orang, sayang sekali kalau harus ketinggalan hal ini diakibatkan kendala biaya. Toh, pada akhirnya orangtua juga pasti ingin anak-anaknya bergaul dan menjalani pengalaman baru dan berfaedah untuk pembelajarannya.
Biaya ini akan tentunya bergantung dengan jenis kegiatan/ study tour nya. Tapi karena memberdayakan institusi pendidikan dan melibatkan rombongan mahasiswa, maka biayanya tidak akan spektakuler. Kira-kira kurang dari setengah biaya semesterannya.
4. Pendidikan Informal
Kalau waktu anak masih di bangku SD - SMA dulu, pendidikan informal di luar sekolah yang normalnya dijalankan siswanya itu dalam bentuk les atau bimbingan belajar (bimbel). Sama halnya dengan jenjang kuliah. Hanya saja, prasarananya berbeda.
Banyak dari mahasiswa Indonesia yang merasa bahwa kurikulum universitas tidaklah cukup memadai untuk mempersiapkan skill-skill yang diperlukan di dunia kerja. Terkadang, kegiatan organisasi di kampus juga masih belum cukup karena banyaknya ketentuan yang ditetapkan perusahaan-perusahaan besar.
Dimudahkan dengan fasilitas internet dan segala perangkat yang bisa diakses lewat online, mahasiswa jadi semakin kreatif dalam mencari informasi dan pengetahuan. Terbitnya kelas-kelas online pun menjadikannya semakin mungkin. Tapi, hanya karena kelasnya bersifat online dan bukan tatap muka itu enggak menjadikannya gratis atau murah, lho.
Rata-rata kelas online yang ditemukan di situs-situs resmi berkisar USD 50 minimal, atau sekitar 500 ribu rupiah. Tentunya 1 kelas saja tak cukup untuk dapat sertifikat atau sekadar menuntaskan pelajarannya.
5. Keperluan Kuliah
Banyak yang berargumen kalau ini tidak berlaku untuk semua mahasiswa. Tapi tentunya keperluan kuliah seperti fotokopi, buku dan materi kuliah, alat tulis, dll itu sulit dipungkiri. Apalagi kalau bicara soal kuliah, yang mana tugas-tugas dan proyek UAS tidak bisa dianggap mudah atau di-skip.
Meskipun biaya ini memang bersifat fleksibel atau amat mudah diatur (pinjem buku dan bahan materi kuliah dari kakak kelas), tapi rata-rata mahasiswa menganggapnya sebagai salah satu pengeluaran terbesar setelah biaya akomodasi.
Salah satu cara yang paling bijak untuk mempersiapkan biaya-biaya di atas bagi adalah dengan berinvestasi. Langkah lainnya adalah dengan melakukan survei biaya pendidikan supaya dapat gambaran yang lebih jelas lagi soal biaya pendidikan saat ini. Selain itu, tidak bisa melupakan faktor inflasi ke dalamnya juga.
Memulai persiapan dana pendidikan seawal mungkin. Karena itulah satu-satunya cara agar anda tidak perlu mengkhawatirkan akan masa depan anak-anak.
Rata-rata universitas di luar negeri masih memerlukan biaya sumbangan yang dipungut dari luar biaya kuliah persemester. Biaya inilah yang pada akhirnya bakal digunakan untuk gaji staf dan dosen, pemeliharaan bangunan, buku di perpustakaan, dll.
Meski tidak terbilang amat besar, tapi biaya ini enggak bisa dianggap remeh. Normalnya, biaya SPP ini bisa mencakup sekitar 10-20% dari total biaya kuliah.
3. Study Tour/ Aktivitas di Luar Kampus
Meskipun tidak setiap universitas mewajibkan mahasiswanya mengikuti kegiatan ini atau bahkan menempatkan hal ini sebagai bagian dari silabusnya. Ibaratnya kalau di universitas Indonesia kegiatan ini biasa dikenal sebagai KKN atau KulKer (Kuliah Kerja Nyata).
Tapi, berhubung dunia perkuliahan itu bagian yang datang hanya sekali buat sebagian besar orang, sayang sekali kalau harus ketinggalan hal ini diakibatkan kendala biaya. Toh, pada akhirnya orangtua juga pasti ingin anak-anaknya bergaul dan menjalani pengalaman baru dan berfaedah untuk pembelajarannya.
Biaya ini akan tentunya bergantung dengan jenis kegiatan/ study tour nya. Tapi karena memberdayakan institusi pendidikan dan melibatkan rombongan mahasiswa, maka biayanya tidak akan spektakuler. Kira-kira kurang dari setengah biaya semesterannya.
4. Pendidikan Informal
Kalau waktu anak masih di bangku SD - SMA dulu, pendidikan informal di luar sekolah yang normalnya dijalankan siswanya itu dalam bentuk les atau bimbingan belajar (bimbel). Sama halnya dengan jenjang kuliah. Hanya saja, prasarananya berbeda.
Banyak dari mahasiswa Indonesia yang merasa bahwa kurikulum universitas tidaklah cukup memadai untuk mempersiapkan skill-skill yang diperlukan di dunia kerja. Terkadang, kegiatan organisasi di kampus juga masih belum cukup karena banyaknya ketentuan yang ditetapkan perusahaan-perusahaan besar.
Dimudahkan dengan fasilitas internet dan segala perangkat yang bisa diakses lewat online, mahasiswa jadi semakin kreatif dalam mencari informasi dan pengetahuan. Terbitnya kelas-kelas online pun menjadikannya semakin mungkin. Tapi, hanya karena kelasnya bersifat online dan bukan tatap muka itu enggak menjadikannya gratis atau murah, lho.
Rata-rata kelas online yang ditemukan di situs-situs resmi berkisar USD 50 minimal, atau sekitar 500 ribu rupiah. Tentunya 1 kelas saja tak cukup untuk dapat sertifikat atau sekadar menuntaskan pelajarannya.
5. Keperluan Kuliah
Banyak yang berargumen kalau ini tidak berlaku untuk semua mahasiswa. Tapi tentunya keperluan kuliah seperti fotokopi, buku dan materi kuliah, alat tulis, dll itu sulit dipungkiri. Apalagi kalau bicara soal kuliah, yang mana tugas-tugas dan proyek UAS tidak bisa dianggap mudah atau di-skip.
Meskipun biaya ini memang bersifat fleksibel atau amat mudah diatur (pinjem buku dan bahan materi kuliah dari kakak kelas), tapi rata-rata mahasiswa menganggapnya sebagai salah satu pengeluaran terbesar setelah biaya akomodasi.
Salah satu cara yang paling bijak untuk mempersiapkan biaya-biaya di atas bagi adalah dengan berinvestasi. Langkah lainnya adalah dengan melakukan survei biaya pendidikan supaya dapat gambaran yang lebih jelas lagi soal biaya pendidikan saat ini. Selain itu, tidak bisa melupakan faktor inflasi ke dalamnya juga.
Memulai persiapan dana pendidikan seawal mungkin. Karena itulah satu-satunya cara agar anda tidak perlu mengkhawatirkan akan masa depan anak-anak.
COMMENTS